Jumat, 22 Desember 2017

NARSISTIK DALAM KELUARGA


beruntungnya saya, menemukan sekolah untuk iru dimana pengelolanya adalah pasangan suami istri yang doktor dan calon doktor psikologi. mereka banyak berbagi ilmu dalam kegiatan parenting yang berkala...nunut ngilmu bukan??
beberapa waktu lalu, dalam parenting sekolah iru membahas mengenai dampak narsistik dalam keluarga. kebetulan pula saya pernah menulis mengenai narsistik ini berdasarkan pengamatan subjek. Menurut Buffardi & Campbell, 2008:1304), narsisme berhubungan dengan self-views (pandangan diri) yang melambung tinggi dan positif pada sifat-sifat seperti inteligensi, kekuatan, dankeindahan fisik. jadi ini tidak hanya masalah berapa kali upload diri di medsos namun melebihkan-lebihkan dirinya dan kehilangan kemampuan menilai diri sendiri dan orang secara objektif. inilah kemudian muncul "pokoke aku luwih apik".
Bahayanya adalah bagaimana seorang dengan narsistik tidak memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan sehat, bahkan dengan pasangan atau anaknya sendiri. bayangkan relasi sosial seperti apa yang dijalin dengan orang-orang yang diluar lingkup keluarganya. seseorang dengan narsistik hanya memikirkan dunia harus berpusat pada dirinya serta kebutuhan akan pemujaan yang tidak pernah terpuaskan. inilah yang kemudian membuat seorang dengan narsistik menempuh berbagai macam cara untuk mendapatkan kebutuhan di puja. mereka kemudian memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan dan memanipulasi siapapun yang bisa. SEKALI LAGI SIAPAPUN.
satu hal lagi catatan dari parenting tema narsistik adalah meskipun belum menemukan bukti ilmiah ditemukan adanya kecenderungan narsistik yang diturunkan orang tua kepada anak, bisa jadi karena sifat keturunan namun dugaan lebih banyak karena pola asuh.
perhatian penting yang disampaikan adalah bagaimana orang tua mengendalikan diri sendiri sambil mengingat dampak negatif luar biasa dari narsistik ini. apalagi di era medsos. lebih mudah untuk tergelincir.
semoga bermanfaat

Senin, 05 Juni 2017

NUNUT NGILMU


Saya ini mengaku..bener-bener mengaku orang yang biasa aja kemampuannya. Lulus sekolah dari sekolah yang biasa. Gak pernah jadi juara kelas. Paling masuk rangking 10 besar. Ketika saya berhasil tembus saringan universitas negeri, guru SMA bahkan berkata “kamu itu keajaiban”. Duh segitunya. Lulus kuliah sekarang ya dengan nilai yang biasa saja. Bahkan tugas akhir diselesaikan dengan judul yang biasa saja. 

Apalagi dalam kemampuan berhitung. Liat simbol itu seolah-olah sama aja. Apalagi kalau liat angka sama berjejer, selah-olah menghilang satu. Apalagi  diminta berlogika dalam bermatematika...ah sudahlah. Bawaan dari sono emang gak berbakat dalam numeris. Ini namanya sudah bukan lagi biasa ya tapi kurang.....hahahaa
Jadi saya sangat heran melihat temen yang bisa menyelesaikan ujian dengan soal “hitunglah berapa lama kamper berukuran sekian yang ditempatkan di ruangan dengan volume sekian dan kelembapan sekian.”  Liat soal semacam ini, pengen nangis. Ya ampun ini soal niat mau dikerjakan mahasiswa gak sih. Maksud hati masuk jurusan menghindari matematika tetap saja berhadapan dengan matematika. ...akhirnya dengan kekuatan tersisa mengerjakan. Akhirnya dengan segenap kekuatan yang ada pelan-pelan menulis. Diketahui kelembapan sekian, volume ruangan.  Sampai pada saat menghitung ya kosong aja...dah gitu aja. Pokoknya ada menghitung (kalau itu namanya menyalin soal bukan menjawab)

Itulah saya.  Orang dengan kemampuan biasa aja. Justru dengan begitu saya lebih mudah kagum melihat orang dengan kemampuan lebih.

Baru-baru ini saya membaca karangan tulisan anak muda. Jauh-jauh di bawah usia saya. Dibandingkan dengan saya, jelas kemampuan menulis  sangat berkembang di usia masih sangat muda. Membahas dengan tema yang cukup berat pula di usianya. Meragukan memang. Bagi orang lain mungkin dengan mudah menuduh kopi paste. 
Tapi ini menurut saya, tidak mudah untuk mensintesis sebuah ide dan kemudian merangkai kembali dalam tulisan yang sama sekali berbeda. Tidak semua orang mampu memiliki kemampuan tersebut. Tidak semua. Apalagi mensistesis ide tersebut dan kemudian merangkai kembali dalam cerita yang berbeda.  Bener-bener kemampuan yang terkadang tidak semua orang memiliki.

Jangan salah. Bapak dosen pernah mengutarakan bahwa dalam perkuliahan dengan tugas membuat paper berubah menjadi tugas menyalin. Ini dilakukan lebih dari separuh tugas mahasiswa yang dikumpulkan. La wong, kadang tinggal menyalin  saja masih salah. Masih gak bisa memahami bagian mana yang sesuai untuk disalin. Boro-boro mensistesis ide...boro-boro.

Inilah yang saya akui, bahwa setiap orang pasti memiliki kemampuan berbeda. Entah memang bakat dari  lahir, atau mengembangkannya seiring perjalanan waktu. Saya lebih memilih mengakui kelebihan dibandingkan mengorek-ngorek atau merendahkan kemampuan seseorang. Justru dengan mengakui kemampuan seseorang, saya lebih mudah menyerap pelajaran yang bisa di ambil. Akan sulit nunut ngilmu kalau saya tidak memulai dengan pandangan positif.

Jadi bisa dibayangkan khan betapa sangat merugi kita. Melewatkan ilmu.  Hanya karena kita lebih dulu  merendahkan kemampuan seseorang daripada mengakuinya dan belajar dari situ. Hanya karena ego, tidak mau kalah. Akhirnya, melewatkan kemampuan seseorang yang bisa berubah menjadi ilmu yang bisa ditularkan bagi kita. Sementara di jalur pendidikan formal, ilmu dihargai dengan biaya fantatis. Di luar, kita justru bisa lebih banyak menyerap ilmu yang dibagikan dengan gratis hanya dengan nunut ngilmu. Hindarkan kerugian itu dengan berpikiran positif, setelahnya mari kita menimba keuntungan dengan mendapatkan ilmu.

Nah inilah mungkin kelebihan saya, bersedia menyerap ilmu dari orang lain. Bersedia nunut ngilmu ke siapapun. 



Kamis, 01 Juni 2017

Menerapkan Literasi Keuangan

Setelah tulisan mengenal apa itu literasi keuangan yang saya posting kemaren, maka mari kita mengenal langkah-langkah penerapan literasi keuangan. Seperti yang saya tulis, ada tiga langkah dalam menerapkan perencanaan, pengalokasian dan evaluasi. Masing-masing langkah dilakukan secara berurutan

Prinsip Literasi Keuangan
a.   Pedoman pengelolaan mengikuti hitungan sebagai berikut: 
         Pendapatan=Konsumsi (50%) + Tabungan (15%)+Investasi/Utang (35%)
     dalam rumus lain unsur sedekah sehingga hitungan yang dapat dipakai adalah: 
         Pendapatan=Konsumsi (50%) + Tabungan (15%)+Investasi/Utang (25%) +Sedekah (10%). 
       *khusus untuk sedekah bisa menyesuaikan asalkan hasil akhir harus menjadi 100%. 
b. Prinsip Bedakan Butuh dan Ingin
*Butuh adalah makan, ingin adalah makan di restoran populer.
*Butuh adalah berpakaian secara rapih dan layak pakai, ingin adalah memakai pakaian dengan merek tertentu
c.    Kendalikan keinginan
d   Kembangkan pengetahuan pengelolaan keuangan dengan menyerap informasi dari berbagai sumber.

Langkah Penerapan Literasi Keuangan
1.  Perencanaan 
             Langkah pertama dari perencanaan dimulai dengan pencatatan keuangan. Tujuan dari langkah ini adalah mengetahui pos-pos, baik pada pengeluaran dan pendapatan.
    Dengan melakukan pencatatan maka kita akan mengetahui seluruh pos-pos yang ada dalam pendapatan dan penghasilan serta pengeluaran. Selain itu, dengan mengetahui pos-pos tersebut kita bisa melakukan pengontrolan. disesuiakan saja dengan kebutuhan, kalau memang berlebihan maka bisa disesuaikan dan menambah ke pos lain. 
a.       Mencatat baik seluruh pengeluaran maupun pendapatan (tetap dan tidak tetap). Dilakukan secara bertahap dari setiap hari kemudian dikumpulkan pencatatan satu bulan.
Tabel Pencatatan Pengeluaran Konsumsi   
Hari/Tanggal
Pengeluaran
Besar
1 Januari 2017
Beli minyak


Beli beras

2 Januari
Beli gula


Beli sayur


Rokok


Sabun


Total


TIPS 1
a.       Konsisten dan disiplin dalam mencatat pengeluaran dan pendapatan.
b.    Jangan lupa mengumpulkan segala struk belanja. Simpan di dompet atau tas penting tidak lupa dan mudah ketika memerlukannya.
c.       Catat segera selepas mengeluarkan kas setiap hari
d.  Kerjasama dengan pasangan agar saling mau berbagi informasi mencatat pengeluaran/ pemasukannya (bagi yang sudah memiliki pasangan). dengan demikian informasi sedetil apapun tidak akan terlewat.
Tabel  Pencatatan Pendapatan
Hari/Tanggal
Pendapatan
Besar
1 Januari 2017
Gaji Suami
200.000
15 Januari
Upah Lem Tas Kertas
20.000
22 Januari 2017
Upah Lem Tas Kertas
20.000
29 Januari 2017
Upah Lem Tas Kertas
20.000

Total
260.000

b.      Mencatat utang.
 utang dalam rumah tangga dibagi menjadi dua yaitu utang konsumtif dan utang produktif. 
Tabel  Pencatatan Pembayaran Utang
Hari/Tanggal
Pendapatan
Besar
1 Januari 2017
Bayar cicilan motor 
10.000
17 Januari 2017
Bayar utang belanja
20.000


20.000


20.000

Total
260.000

c.       Membuat rekap antara pendapatan, pengeluaran dan utang
Tabel 3 Rekap Pencatatan Pengeluaran Dan Pendapatan (satu bulan)
Tanggal
Keterangan
Pendapatan
Pengeluaran
Saldo

Gaji
300.000

300.000

Arisan
  50.000

350.000

Konsumsi

230.000
120.000

Bayar Utang

100.000
   20.000






d.      Mencatat asset yang dimiliki (jika ada). Misal rumah, tanah, kendaraan, dan perhiasan emas.

2.    Pengalokasian
Tujuan pengalokasian adalah melaksanakan pos-pos yang sudah direncanakan sebelumnya. 
a. Pengalokasian rencana pengeluaran. perhatikan proporsi antara pendapatan dengan pengeluaran dan utang. Untuk konsumsi maksimal 50% sedangkan utang maksimal sebesar 35% sedangkan 15% untuk tabungan.
b.      Jika ditemui adanya pos konsumsi atau/dan utang yang terlalu besar melebihi proporsi di atas maka dilakukan penekanan pada pos tersebut.
Ingat prinsip bedakan antara keinginan dan kebutuhan.
c.       Prioritaskan membayar hutang tetapi dalam proporsi maksimal 35% dari seluruh pendapatan. Jangan mengambil hutang bertumpuk. Apalagi hutang yang dibayar dengan hutang.
Kemudian tetap melakukan menyisihkan dana tabungan jika masih ada selisih.
d.  Jika hutang produktif maka dilakukan perhitungan dengan cermat apakah memberikan penambahan kebermanfaatan baik dalam bentuk finansial maupun non finansial (finansial umumnya dikaitkan dengan adanya tambahan pendapatan). Demikian pula jika hutang konsumsi tetap harus melewati perhitungan cermat.
e.       Pada kondisi jika hutang lebih dari 35% lakukan penjualan asset.
f.     Dalam hal tertentu tabungan bisa digunakan untuk membayar kebutuhan besar yang akan dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Misalkan pembayaran uang sekolah dalam satu semester (6) bulan sebesar 600.000 maka disisihkan setiap bulan sebesar 100.000 dan nantinya dicatat sebagai pengeluaran
g.    Jika utang sudah lunas dan tabungan sudah melebihi 15-20% maka alokasi utang dirubah ke investasi
Pengertian investasi adalah aktivitas penanaman modal yang uangnya tidak dapat dicairkan sewaktu-waktu.
h.      Lakukan perubahan perencanaan secara periodik. Tujuannya untuk mengikuti perubahan kondisi keuangan yang di hadapi. Menentukan tujuan keuangan (jangka pendek, menengah maupun panjang).

Investasi adalah aktivitas penanaman modal yang uangnya tidak dapat dicairkan sewaktu-waktu. Hal ini membedakan dengan tabungan yang sewaktu-waktu dapat dicairkan
 



   


3.    Evaluasi
Mengevaluasi keuangan rumah tangga dengan melihat pertumbuhan mana yang paling tinggi. Apakah tabungan dan investasi; konsumsi atau hutang yang lebih banyak. Jika hutang atau konsumsi lebih besar pertumbuhan dari periode sebelumnya maka perlu dilakukan penilaian ulang terhadap perencaanaan dan pengalokasian yang sudah dilakukan (lakukan penekanan pos tersebut)



BERKENALAN DENGAN LITERASI KEUANGAN


Awal mulanya saya berkenalan dengan literasi keuangan karena ngẻngẻr di salah satu penelitian. Dari situlah kemudian saya sangat tertarik karena rasanya tema ini pas banget dengan kondisi keuangan keluarga yang dihadapi. Sebagai emak-emak pengatur keuangan keluarga ini menjadi tantangan. Belum lagi, liat teman-teman yang berpengalaman terbelit kartu kredit sampai harus menghancurkan rumah tangga. Kok sepertinya inilah problem keuangan yang dihadapi masyarakat saat sekarang. Berapapun pendapatan dan penghasilan yang sudah bertambah tapi masih berasa kurang. Akhirnya hutang makin banyak aja. Sebagian besar ternyata salah prinsip dalam pengelolan yaitu mengejar pada keinginan bukan kebutuhan. 
kalau melihat lebih luas, manajemen keuangan pada akademis lebih banyak terpusat pada pengaturan keuangan perusahaan dan keuangan negara. kenyataannya bahwa individu juga membutuhkan manajemen keuangan. Untuk membangun perilaku yang baik seharusnya dapat dimulai dari tingkatan individu baru bergerak ke tingkat yang lebih luas. kayaknya selama ini konsep tersebut mendapatkan perhatian secara khusus walaupun sudah ada OJK namun masih kurang. 
Akhirnya pada salah satu bagian dari tugas akhir kuliah yang saya kerjakan menetapkan hati untuk melakukan penelitian mengenai literasi keuangan dan minat produk investasi di salah satu wilayah di Yogya. Inilah sebagian ilmu mengenai literasi keuangan yang saya pelajari. Saya bagikan bukan merasa paling bisa tapi mari kita saling berbagi ilmu.
Apa itu literasi keuangan? Menurut Lusardi dan Mitchell (2010) mendefinisikan literasi keuangan sebagai pengetahuan keuangan dan kemampuan untuk mengaplikasikannya (knowledge and ability). Menurut Hung (2009), menyebutkan bahwa literasi keuangan adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan serta keahlian untuk mengelola sumber daya keuangan untuk mencapai kesejahteraan.
Intinya literasi keuangan adalah kemampuan seseorang dalam mengatur keuangan yang dimilikinya. Kenyataannya, kemampuan ini tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan namun berkaitan pula dengan kesediaan untuk menerapkan pengetahuan pengelolaan keuangan. Jadi tidak bisa dipisahkan dari kondisi psikografis dan demografis yang dimiliki seseorang tersebut.
Siapa yang membutuhkan literasi keuangan? Siapapun, selama orang tersebut menggunakan uang maka orang tersebut membutuhkan literasi keuangan.  Jadi tidak ada batasan latar belakang yang membuat seseorang tidak membutuhkan literasi keuangan. Baik itu jomblowan/jomblowati atau mereka yang sudah berumah tangga semua membutuhkan. Kemampuan pengelolaan keuangan tersebut seharusnya menjadi pendidikan dasar yang dimiliki sehingga ketika seseorang sudah memiliki pendapatan maka seharusnya sudah memiliki kecakapan dalam pengelolaan.
Mengapa semua orang membutuhkan literasi keuangan? Karena tujuan dari literasi keuangan adalah memberikan kesehjateraan secara finansial. Kesehjateraan finansial bukan tujuan utama dalam kehidupan, tapi penting diperhatikan. Semua pendapatan dan penghasilan harus dikelola dengan baik supaya menghindarkan dari pemborosan.
Dengan menerapkan literasi keuangan akan membantu kita membuat prioritas-prioritas finansial yang bisa dan mampu dicapai dalam kurun waktu berjalan. Seiring dengan perjalanan hidup, invidu tentu memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda. Melalui penerapan literasi keuangan maka akan membantu kita memfokuskan pada kebutuhan mana yang paling penting dan dapat terpenuhi dengan sumber daya finansial yang diperoleh. 
Bagaimana langkah dalam menerapkan literasi keuangan? Langkah pertama dalam literasi keuangan adalah perencanaan, diikuti dengan langkah kedua adalah pengalokasian dan langkah terakhir yaitu ketiga adalah evaluasi. Masing-masing langkah tersebut memiliki tujuan sendiri. Masing-masing langkah memiliki penerapan yang berbeda.

Pada tulisan yang berikutnya, saya akan menyertakan berbagai penerapan dari langkah-langkah literasi keuangan akan saya posting dalam tulisan selanjutnya. 

Lusardi dan Mitchell, 2010, Financial Literacy: An Essential Tool for Informed Consumer Choice? American Economic Review–Paper and Proceedings, 98, 413–417..
Hung, 2009, Defining and Measuring Financial Literacy, RAND Roybal Center for Financial Decision Making, WR-708 September 2009
Ghazali, Ezlika and Md. Nor Othman, 2004, Demographic and Psychographic Profile of Active and Passive Investors of KLSE: A Discriminant Analysis, Asia Pacific Management Review 9:391-413 · January 2004
Agarwala et al, 2012, Financial Counseling, Financial Literacy, and Household Decision Making, Pension Research Council WP 2010-34