Ada beberapa hobi saya yang ternyata tetap konsisten dipelihara sampe sekarang. Dari jaman kecil sampe sekarang punya anak kecil. Kalau dilihat sebenarnya hobinya sih biasa-biasa saja. Gak keluar budget banyak, malah kalau memasak juga jadi bagian dari kegiatan sehari-hari. Nyatanya sih yang dari hobi-hobi tersebut tidak hanya mendatangkan kesenangan namun diantaranya menjadi pendukung dalam pekerjaan saat ini. membuat berkenalan dengan hal-hal baru. Ternyata juga membantu untuk mengembangkan berbagai kemampuan baru..Inilah hobi-hobi saya
Hobi pertama adalah membaca. Iya, saya sangat senang membaca. Dari komik (sampe sekarang masih saja hobi baca komik), novel sampai buku teks alias buku untuk rujukan referensi penelitian. Tema-nya juga macem-macem. Apapun kalau memang sedang tertarik atau membutuhkan, ya di baca. Prinsip saya, ilmu ada dalam semua bentuk buku. Entah dalam komik yang mungkin dianggap sebagai bacaan orang gak serius dan gak bermanfaat, hanya membuang waktu. Kenyataannya gak juga. Semua itu sebenarnya tergantung pada orang bisa mengambil ilmunya saja. Jadi tidak menyalahkan medianya. He…he…Ada lo komik yang isinya ternyata belajar mengenai sejarah pergantian kepemimpinan di Jepang. Atau baru tahu bahwa di jaman dahulu, lilin merupakan barang mahal sehingga para penulis besar jaman dahulu pun ternyata seringkali menumpang menulis di kafe jalanan.
Saya senang membaca berbagai buku karena orangnya memang senang kenal ilmu baru alias seneng coba-coba. Terakhir, pengennya belajar jadi profiler alias tebak personal dari penampilan tapi sampe saat ini belum nemu buku yang tepat (Any recommended ?). Mungkin ke depannya mau belajar ilmu bahasa asing..amien.
Sekarang hobi membaca saya mulai bergeser tidak hanya membaca dalam bentuk buku teks namun juga googling. Jadi kalau ada waktu iseng dan kebetulan gak bawa buku, saya mulai deh browsing melalui HP. Apa saja sekarang bisa dicari melalu mbah goggle. Istilah asing yang saya mulanya gak ngerti, cukup diketikkan sebagai kata kunci dan….Walah keluar deh berbagai informasi.
Pekerjaan saya yang berhubungan dengan tulis menulis ilmiah juga mengharuskan membaca banyak buku. Itulah mengapa saya sebenarnya senang dengan pekerjaan tersebut. Terkecuali stress saat harus menghadapi karakter si klien yang terkadang tidak menghargai proses, saya sebenarnya sangat menikmati pekerjaan tersebut. Membuat saya mengenal berbagai ilmu (jadi tidak hanya terpatok pada sekolah formal) dan terutama mengharuskan untuk banyak membaca.
Saking senengnya membaca, dlu waktu jaman susah bercita-cita untuk membuat perpustakaan keluarga. (sssttt…..sekrang sih sebenarnya masih jaman susah. Cuma sudah agak beranjak sedikiiiiiitttt. Alhamdulillah. Minimal untuk membelikan susu popok anak-anak sudah tidak khawatir) Sekarang koleksi buku tersebut sudah ada 6 rak. Itu juga belum yang hilang atau tersimpan dalam boks. Nantinya buku itu untuk mendampingi anak-anak saya untuk tumbuh kembang sekaligus investasi bagi mereka.
Kalau melihat riwayat ketika masa kecil, saya bisa membaca itu termasuk terhitung yang telat…baru bisa membaca ketika sudah memasuki kelas 2 SD. Setelah dewasa dan mulai mencari tahu sendiri, ternyata saya mempunyai disleksia ringan..ya agak kesulitan untuk mengeja. Sampai sekarang, saya kesulitan untuk membedakan dan berkata kanan-kiri, ubi jalar-singkong, Maradonna dan Madonna, India dan Indian, Italia-Spanyol. Bukan berarti gak tahu lo…saya tahu itu tapi kalau pas ngomong kok keluarnya lain ya.
Nah dari bisa membaca itulah, saya jadi kaya orang kecanduan. Segala macam di baca. Bahkan waktu kelas empat SD, saya sudah membaca catatan pinggir-nya Goenawan Moehamad dan Garis-Garis Besar Sejarah Amerika. Bukan karena saya anak pintar lo…tapi karena di rumah kurang mencukupi kebutuhan untuk membaca.Ckkk… Jadi apa adanya ya saya baca. Ha...ha kasian ya. Buku untuk anak dulu khan sangat terbatas, tidak seperti sekrang. Saya sangat bersyukur untuk tumbuh kembang anak sekarang sudah berbeda. Tema bukunya bagus-bagus. Selain itu juga ada buku bantal, buku sentuh, buku lipat, dan bahkan buku bisa membaca sendiri. Tinggal sentuh. Belajar dari itu, selain menumbuhkan minat anak-anak saya untuk membaca, ya disediakan berbagai bacaan di rumah sesuai dengan tahapan perkembangan. Seimbang...
Hobi saya yang kedua adalah kuliner. Ketahuan khan dari perubahan bentuk tubuh. Ha..ha…ha….Tidak hanya mencicipi masakan khas di suatu daerah namun saya juga senang memasak.
Bagi saya, memasak itu bukan hanya karena kewajiban sebagai seorang ibu rumah tangga. Tapi juga sebuah kesenangan. Mencoba resep baru dan kemudian diterima dengan baikoleh si korban percobaan saya (ya itu, pakne). Di keluarga besar, bahkan para pakdhe-pakdhe pun mahir masak. Kalo Pakdhe Tris jagonya bikin seafood, Pakdhe Mono (alm) sukanya bikin kaldu ayam kampung yang mak nyuss…Mereka gak mandang tuh kalau masak cuma porsinya perempuan. Mereka masak ya karena suka. Kalau suami saya sih sudah pernah mencoba dan hasilnya, hiks... Ceritanya si ayah masak sayur asem kok rasanya mirip kolak….(maaf ya Yah)
Kegiatan memasak itu juga gak hanya sekedar memasukkan bahan tapi juga membutuhkan mood yang baik. Membutuhkan pula upaya untuk mempelajari karakter orang yang akan memakan masakan kita sehingga nantinya mereka dapat menerima dengan baik.
Untuk urusan di rumah jelas jadi pelanggan utama masakan saya adalah anak-anak. Namanya juga anak-anak seringnya maunya beda-beda…jadi saya harus menyesuaiakan dengan kondisi tubuh dan maunya mereka. Kalau lagi sakit, saya kemudian membuatkan makanan yang sekiranya Denia dan Qila mau memakan namun juga membuat tubuh mereka cepat sembuh. Pintar-pintarnya saya yang memasak bu..dikreasi. Alhamdulillah, Denia dan Qila sangat senang kalau saya masakkan meskipun sedang sakit.
Demikian pula kalau ada tamu yang berkunjung, saya akan memperkirakan kira-kira mereka maunya makan apa ya…cuacanya gimana ya…Kalaupun saya gak masak sendiri dan mengajak mereka makan di luar pun, hal yang sama dilakukan. Menebak karakter dan kemudian memperkirakan gimana ya kondisi saat itu.
Bukan sok nge-chef atau perfeksionis. Cuma bagi saya, mendatangkan suatu kebahagiaan kalau masakan tersebut dapat memberikan kebahagiaan tidak hanya rasa kenyang.
Hobi yang ketiga adalah nonton film..pernah lo saking saya gila nonton film, sehari langsung nonton dua kali. Pulangnya langsung tepar…
Hobi saya ini ternyata sama dengan suami. Jadi selain membaca buku, kami sangat senang untuk menonton film. Semua film kami suka tapi untuk pilihan tema film tetep beda. Suami saya sangat tidak suka nonton film horror atau ada adegan yang mengejutkan. Katanya mending beneran lewat kuburan daripada nonton film horror. Seramnya di kenyataan tidak sehebat kalau nonton horror. Jadinya saya juga hampir gak pernah nonton film horror. Suami saya sih lebih suka nonton film komedi (terutama Stephen Chow. Forever…ketularan Kang Antok). Kalau saya sukanya film yang ada muatan sejarah.
Sama halnya dengan membaca buku, saya gak pernah membatasi dan mengatakan bahwa film hanya untuk kesenangan. Sebenarnya ilmu atau manfaat apapun bisa diambil bahkan dalam bentuk berbagai film atau buku. Dari film, saya kemudian tahu bagaimana kondisi masyarakat Afghanistan ketika mas kawin menjadi barang sangat mahal berimbas pada tingkat kejahatan seksual anak-anak laki di bawah umur (film Kite Runner). Ada sastrawan yang memulai teater sebagai penggambaran kehidupan baik dari latar, tema maupun konflik yang dibangun di wilayah Spanyol (film Lope). Jadi tahu bagaimana berdebat seharusnya dilakukan (the Great Debaters). Atau hanya sekedar tertawa melihat Stephen Chow dan Ng Ma berbuat konyol.
Jadi sebenarnya sedih juga sekarang gak ada film impor yang branded (film Holywood)..he..he. tapi di kondisi ini saya juga melihat ternyata ada film yang justru gak branded tapi bagus. Sekarang saya jadi mulai melirik film Spanyol, Swedia (The Girl with Dragon Tatoo series) dan Perancis. Ternyata malah lebih bagus dari film branded. Untuk film Indonesia, saya suka film Merantau dan Sang Pencerah. Untuk Sang Pencerah, kami sudah nonton 5 kali tapi masih saja nangis saat adegan langgarnya Kyai Dahlan di rubuhkan. Iya kami menangin karena ternyata cerita di film tersebut sesuai dengan keadaan kami saat ini. Untuk beristiqomah itu sangat berat. Demikian pula untuk menjaga hati supaya tidak sombong dll...Di film Sang Pencerah, dikisahkan bagaimana Kya melewati perjuangannya yang sangat berat, sedangkan kami baru sepersekian dari perjuangan itu
Itulah tiga hobi saya saat ini. Iya untuk saat ini…karena sebenarnya ada hobi saya yang lain travelling. Tapi untuk yang saat ini terpaksa dipendam dulu. Nanti kalau anak-anak sudah bisa diajak, kami (saya dan suami) akan melanjutkan berpetualang. Itulah salah satu kesamaan hobi antara suami dan saya. Dulu kami sama-sama suka berpetualang. Naik ke puncak Gunung Merbabu dan menjelajah kawasan lereng gunung Merbabu dari wilayah Boyolali sampai Temanggung tembus ke Kopeng (Salatiga).
Jadi kalau anda tanyakan hobi apakah yang sedang di sukai dalam sekian tahun ke depan, ya itu bisa saja berubah. Ya itu, saya orangnya suka coba-coba...he...he