Jumat, 19 Agustus 2011

ANAKKU ADALAH GURUKU

Bagi setiap orang tua tentu memiliki cara pandang yang berbeda atas kehadiran anak-anak mereka. Demikian saya…melewati berbagai peristiwa mendampingi anak-anak membuat saya selalu belajar sesuatu yang baru.  Percaya atau tidak, anak-anak saya (Mbak Denia dan Dik Qila) adalah guru yang terbaik untuk saya.
Mendampingi tumbuh kembang mereka membuat saya belajar ikhlas. Seperti yang di nasehatkan seorang guru kepada saya, mendidik anak seperti menanam pohon. Kita tidak akan bisa mengharapkan kapan mereka akan berbuah. Apakah manis, ataukah justru tidak seperti harapan. Semuanya hanya bisa mengikuti waktu. Orangtua ternyata hanya bisa memberikan apa yang terbaik. Bahkan ketika pohon itu telah berbuah, tak ada hak apapun bagi kita untuk memetiknya karena buah tersebut adalah milik si pohon. Pohon itu yang telah bersusah payah untuk menghasilkan buah tersebut. Dari sinilah saya kemudian memahami istilah “melepas anak panah dari busur”.
Tekad untuk menjadi contoh baik untuk Mbak Denia dan Dik Qila membuat saya juga terus belajar. Termotivasi untuk menyerap ilmu….karena keyakinan saya bahwa tidak ada anak yang cerdas dan memiliki kemampuan hidup cukup apabila tidak didampingi oleh orangtua yang memiliki pemahaman yang baik pula. Saya harus mampu mengesampingkan berbagai latar belakang dari orang-orang yang saya anggap dapat memberikan ilmu baru jika mampu. Ujiannya pun bahkan lebih sulit karena hasilnya tidak hanya sekedar nilai atau singkatan yang berderet di belakang maupun depan. Kenyataannya, ilmu mendampingi anak tidak hanya berhubungan dengan kemampuan akademis namun lebih pada motivasi kita untuk memberikan pengasuhan yang terbaik.  
Melalui Mbak Denia dan Dik Qila pulalah saya menjadi lebih "terkendali". Mencoba untuk selalu dapat berpikir ulang bila menemui masalah. Tidak lagi meledak-ledak seperti dulu. Bagian dalam hidup saya mulai tertata dengan baik. Saya mulai mampu merencanakan hidup, menjalani dengan sebaiknya-baiknya dan kemudian melakukan evaluasi. Menjaga perbuatan dengan harapan "semoga anak saya juga akan mengalami hal yang sama.". Lebih banyak berdiam bila memang menemui sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik. 
Mendampingi anak-anak juga membuat belajar untuk berserah diri pada Allah. Saya yakin tidak ada yang mampu menjaga anak-anak sebaik Allah. Ini juga mengingat nasihat budhe Nur yang terakhir, “kalau punya anak harus banyak doa..kita khan gak pernah tahu sampai kapan bisa mendampingi. Kita juga gak bisa mendampingi anak-anak terutama kalau mereka sudah mulai remaja dan dewasa. Kalau kita banyak berdoa..maka Allah yang akan menjaga mereka.” Itu nasehat beliau yang terakhir. Sekarang setelah beliau meninggal, itulah yang saya coba terus lakukan. Membuat saya harus selalu “menjaga hubungan” dengan Allah. Bukankah Allah-lah yang Maha Kuasa atas Segalanya. 
Saya juga belajar dalam mendampingi tumbuh kembang mereka untuk mengkuatkan hati. Terkadang ketika menghadapi lingkungan tidak sesuai memunculkan pendapat  yang tidak sama membuat saya merasa sangat kecil dan tidak berarti. Namun ketika berkonsultasi dengan orang yang tepat, mendapatkan dukungan (terutama dari ayahnya anak-anak) dan melihat senyum mereka membuat saya kembali tenang. Kemudian merefleksikan diri dan mengukuhkan diri…semoga apa yang saya lakukan masih bisa menjadi contoh baik untuk anak-anak. Amien. 


Dedicated untuk Mbak Denia dan Dik Qila, serta Budhe Nur...selamat jalan budhe..semoga nasehat itu tetap selalu bisa saya jalankan...

DENIA BELAJAR MENGGUNAKAN KAMERA

Ceritanya….kali ini mbak Denia sedang mencoba ketrampilan baru yaitu menggunakan kamera. Sudah lama sih mbak Denianya tertarik menggunakan kamera.  Pertamanya, sih mbak denia heran kok wajahnya  ada dalam sebuah kamera….atau wajah adiknya yang barusan dilihatnya tiba-tiba sudah ada menjadi foto. Ibu dan ayah khan memang suka mengabadikan berbagai moment terutama moment perkembangan mbak Denia dan dik Qila. Jadinya setiap kali ibu atau ayah sehabis menggunakan kamera, Mbak Denia dan Dik Qila maunya langsung melihat hasilnya bagaimana.
Lama-lama mungkin karena melihat ayah dan ibu kok kayanya asyik menggunakan kamera….Mbak Denia mulai minta diajarin untuk menggunakan kamera. Pertamanya sih saya deg-degan, takut kameranya rusak. Maklum…bayangan saya khan klo anak kecil sukanya otak atik dan belum punya rasa hati-hati. Dengan deg-degan, saya mulai mengenalkan prinsip-prinsip “cara mudah” menggunakan kamera. Akhirnya, Mbak Denia belajar mengenal prinsip kamera adalah menangkap cahaya…saya ibaratkan seperti kalau mata melihat khan membutuhkan cahaya…jadi kalau terang akan lebih mudah melihat benda. Nah kamera juga begitu..harus memiliki cahaya yang cukup supaya kameranya dapet mengenali ini gambar apa (eh, bener gak sih prinsip kamera kaya gitu ?? Mohon masukannya ya. Terimakasih…..). Mbak Denia juga belajar mengkoordinasikan ke dua tangan bahkan sampai sampai ke tingkatan jari-jarinya karena  ketika memegang kamera tidak hanya sekedar memegang namun juga harus menstabilkan kamera sekaligus harus mampu memencet kameranya. Saat-saat pertama sih banyak hasil foto yang kabur gara-gara kameranya getar. He…he…Mbak Denianya jadi suka kesel “kok gak kaya ibu dan ayah sih”. …
Ternyata setelah beberapa saat, Mbak Denia sudah bisa menggunakan kamera dengan baik. Maksud saya dengan baik adalah mulai bisa mengarahkan kamera pada objek sehingga gak ada lagi foto objek yang kepotong atau malah meleset lagi….dab sudah mulai bisa mengenali cahaya terang dan gelap.  Sampai tahapan sekarang, menurut saya ketrampilan mbak Denia sudah cukup. Apalagi mengingat kemampuan saya sendiri mengenai penggunaan kamera sangat terbatas. 
And the end ….ketika Mbak Denia belajar mengggunakan kamera ternyata memunculkan beberapa pelajaran yang dapat dipetik. Ada keuntungan lain dari belajar menggunakan kamera yaitu Mbak Denia jadi  lebih memperhatikan kejadian-kejadian alam. Misalkan Mbak Denia kemaren memperhatikan kok ada awan di atas air (maksudnya bayangan awan yang jatuh di atas permukaan air). Suatu saat mbak Denia juga jadi lebih memperhatikan bagaimana gerakan sayap kupu-kupu yang sedang terbang.

masih moment belajar untuk mengarahkan kamera..kali ini objeknya bunga di taman...setelah menerangkan (kembali) prinsip kamera adlh menangkap cahaya dr objek,dan bagaimana caranya megang kamera biar gak bergoyang..hasilnya adlh *foto bunga teratai*
kali ini denia belajar mengenai bayangan...kata denia "kok ada awan bu di air"..he...he denianya bingung, krn awan khan hrsnya di langit..setelah diterangkan (mbuh mudeng opo ora sih)..denia akhirnya kembali beraksi. *FOTO AWAN
Dengan belajar menggunakan kamera muncul moment keingintahuan dengan mengamati kejadian-kejadian alam. Mbak Denia kemudian mulai bertanya dan mencari jawaban..entah penjelasan dari saya atau melalui buku yang (dibantu) dibaca Jadi ketika menggunakan kamera ternyata tidak hanya sekedar berjalan-jalan dan mengabadikan moment tapi mbak Denia juga belajar untuk mengamati alam lebih mendetail. 
Saya sendiri juga belajar untuk tidak begitu saja memberikan judgment negative atas kemampuan anak. Kekhawatiran saya bahwa mbak Denia akan merusak kamera ternyata tidak terbukti. Asalkan diberikan instruksi-intruksi yang mudah dipahami oleh anak…..mereka bisa kok. Misalkan bahasakan saja dengan mudah intruksi untuk jangan dibanting, mana yang boleh dipencet. Setelah itu berikan contoh yang sejelas-jelasnya.
Setelah moment mbak denia belajar menggunakan kamera…jadi tidak sabar moment apalagi ya yang dilakukan oleh Mbak Denia