Pernahkah anda membaca seri dari Harry Potter? Sepertinya hampir tidak ada
yang belum membaca atau hanya sekedar mengetahui kisahnya mengenai apa. Tapi pernahkah
anda mencoba bertanya dari kedua orang tokoh utama (Harry Potter dan Voldemort)
yang sama-sama menempuh tragedi dalam hidupnya mampu menempuh jalan sangat
berbeda.
Kisah sama mungkin pernah anda temui dalam kehidupan nyata. Kalau anda
penggemar kisah-kisah biografi tidak pernah terlepas dari hal ini. Seseorang yang
menempuh tragedi dalam hidupnya berhasil mengatasi dan menempuh kembali
kehidupan dengan keberhasilan. Atau sebaliknya seseorang lain memilih untuk
menghindari penyelesaian dan memakai tragedi sebagai alasan meraih simpati
sehingga dapat menghindar dari tanggung jawab yang seharusnya ditanggung. Bahkan
ada yang berakhir menjadi benalu bagi orang lain. Kenyataan kehidupan tidak
pernah terlepas dari tragedi. Hanya saja datang dalam bentuk berbeda; kematian,
kehilangan atau bahkan kehancuran akibat perbuatan orang lain. Tetap saja semua
orang melakukan perbedaan ketika harus menyelesaikan, mengambil makna dan
menggunakan pemaknaan tersebut untuk menempuh kembali kehidupan kembali.
Ada istilah yang terkait dengan fenomena semacam ini yaitu resiliensi. Pengertian
dari resiliensi sendiri adalah mengemukakan bahwa resiliensi merupakan
kapasitas untuk merespons sesuatu dengan cara yang sehat dan produktif ketika
berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma, terutama untuk
mengendalikan tekanan hidup sehari-hari (Reivich dan Shatte 2002). Di dalamnya
terdapat aspek-aspek mengenai pemaknaan atas tragedi yang di hadapinya, kesadaran
individu bahwa hidupnya memiliki tujuan dan diperlukan usaha untuk mencapai
tujuan tersebut, bertahan dalam menghadapi situasi sulit, keyakinan pada diri
sendiri dengan memahami kemampuan dan batasan yang dimiliki oleh diri sendiri
dan kesadaran bahwa setiap individu unik dan beberapa pengalaman dapat dihadapi
bersama namun ada juga yang harus dihadapi sendiri.
Aspek-aspek ini dapat membantu kita untuk mengetahui perbedaan kisah hidup
dari dua orang yang pernah menempuh tragedi sama namun menempuh jalan hidup berbeda yang pernah kita temui. Dalam kisah lain saya pernah menemukan
dua orang yang menempuh masa kecil dalam keluarga yang tak mampu memberikan
contoh baik, mampu menempuh jalan sangat berbeda. Satu orang memaknai kisah
hidupnya sebagai motivasi yang membuat dirinya bertekad untuk merubah hidupnya.
Pemaknaan terhadap apa yang dilalui di masa kecil dijadikan pelajaran agar
anak-anak (yang mungkin belum dimilikinya saat itu) tidak mengalami hal sama. Pada
akhirnya ketika dirinya membentuk keluarga sendiri, nilai-nilai ini kemudian
dipegang dalam masa tersulit yang dilalui bersama pasangan dan mengasuh
anak-anak mereka. Di kisah lain, pengalaman masa kecil atas keluarga yang tidak
utuh ini ternyata tidak dapat memberikan pelajaran hidup. Mungkin anda akan mudah bisa
menebak, bahwa di masa selanjutnya kisah sama terulang. Orang ini justru
mengulang kesalahan sama seperti orangtuanya. Meninggalkan anak dan tidak
bertanggung jawab atas seluruh persoalan yang dihadapi. Seluruh pengalaman yang
dihadapinya sebagai alasan-alasan untukk menarik belas kasihan orang lain. Akhirnya
sepanjang hidupnya dihabiskan dengan mencoba memaklumi bukan mengatasi.
Inilah mengapa kemampuan resiliensi sangat penting dimiliki oleh individu. Melalui
kemampuan ini maka seseorang akan kembali melenting setelah mengalami kejatuhan
dalam kehidupannya. Ibarat bola, seseorang akan dihadapkan dengan tragedi dalam
hidupnya akan kembali melenting setelah jatuh menimpa dasar. Sebaliknya orang
tanpa kemampuan resiliensi akan pecah ketika jatuh atau hanya melenting tak
sempurna untuk akhirnya tetap berada di dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar