Rabu, 11 April 2018

RESILIENSI


Pernahkah anda membaca seri dari Harry Potter? Sepertinya hampir tidak ada yang belum membaca atau hanya sekedar mengetahui kisahnya mengenai apa. Tapi pernahkah anda mencoba bertanya dari kedua orang tokoh utama (Harry Potter dan Voldemort) yang sama-sama menempuh tragedi dalam hidupnya mampu menempuh jalan sangat berbeda.
Kisah sama mungkin pernah anda temui dalam kehidupan nyata. Kalau anda penggemar kisah-kisah biografi tidak pernah terlepas dari hal ini. Seseorang yang menempuh tragedi dalam hidupnya berhasil mengatasi dan menempuh kembali kehidupan dengan keberhasilan. Atau sebaliknya seseorang lain memilih untuk menghindari penyelesaian dan memakai tragedi sebagai alasan meraih simpati sehingga dapat menghindar dari tanggung jawab yang seharusnya ditanggung. Bahkan ada yang berakhir menjadi benalu bagi orang lain. Kenyataan kehidupan tidak pernah terlepas dari tragedi. Hanya saja datang dalam bentuk berbeda; kematian, kehilangan atau bahkan kehancuran akibat perbuatan orang lain. Tetap saja semua orang melakukan perbedaan ketika harus menyelesaikan, mengambil makna dan menggunakan pemaknaan tersebut untuk menempuh kembali kehidupan kembali.  
Ada istilah yang terkait dengan fenomena semacam ini yaitu resiliensi. Pengertian dari resiliensi sendiri adalah mengemukakan bahwa resiliensi merupakan kapasitas untuk merespons sesuatu dengan cara yang sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma, terutama untuk mengendalikan tekanan hidup sehari-hari (Reivich dan Shatte 2002). Di dalamnya terdapat aspek-aspek mengenai pemaknaan atas tragedi yang di hadapinya, kesadaran individu bahwa hidupnya memiliki tujuan dan diperlukan usaha untuk mencapai tujuan tersebut, bertahan dalam menghadapi situasi sulit, keyakinan pada diri sendiri dengan memahami kemampuan dan batasan yang dimiliki oleh diri sendiri dan kesadaran bahwa setiap individu unik dan beberapa pengalaman dapat dihadapi bersama namun ada juga yang harus dihadapi sendiri.
Aspek-aspek ini dapat membantu kita untuk mengetahui perbedaan kisah hidup dari dua orang yang pernah menempuh tragedi sama namun menempuh jalan hidup berbeda yang pernah kita temui. Dalam kisah lain saya pernah menemukan dua orang yang menempuh masa kecil dalam keluarga yang tak mampu memberikan contoh baik, mampu menempuh jalan sangat berbeda. Satu orang memaknai kisah hidupnya sebagai motivasi yang membuat dirinya bertekad untuk merubah hidupnya. Pemaknaan terhadap apa yang dilalui di masa kecil dijadikan pelajaran agar anak-anak (yang mungkin belum dimilikinya saat itu) tidak mengalami hal sama. Pada akhirnya ketika dirinya membentuk keluarga sendiri, nilai-nilai ini kemudian dipegang dalam masa tersulit yang dilalui bersama pasangan dan mengasuh anak-anak mereka. Di kisah lain, pengalaman masa kecil atas keluarga yang tidak utuh ini ternyata tidak dapat memberikan pelajaran hidup. Mungkin anda akan mudah bisa menebak, bahwa di masa selanjutnya kisah sama terulang. Orang ini justru mengulang kesalahan sama seperti orangtuanya. Meninggalkan anak dan tidak bertanggung jawab atas seluruh persoalan yang dihadapi. Seluruh pengalaman yang dihadapinya sebagai alasan-alasan untukk menarik belas kasihan orang lain. Akhirnya sepanjang hidupnya dihabiskan dengan mencoba memaklumi bukan mengatasi.
Inilah mengapa kemampuan resiliensi sangat penting dimiliki oleh individu. Melalui kemampuan ini maka seseorang akan kembali melenting setelah mengalami kejatuhan dalam kehidupannya. Ibarat bola, seseorang akan dihadapkan dengan tragedi dalam hidupnya akan kembali melenting setelah jatuh menimpa dasar. Sebaliknya orang tanpa kemampuan resiliensi akan pecah ketika jatuh atau hanya melenting tak sempurna untuk akhirnya tetap berada di dasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar