Senin, 26 Maret 2012

MEREKA MENAMAKANNYA SEBAGAI “FRIEND LIST”


 Siapa di saat sekarang tidak mengenal istilah friendlist dalam jejaring sosial. Media lain menyebutnya sebagai followers. Sebuah features yang menunjukkan dengan akun mana yang berteman. Setiap syarat dalam pertemanan ini membuat friendlist dapat diinterprestasikan berbeda.
Friend list dalam sebuah media jejaring sosial dapat di interprestasikan berbagai macam dalam berbagai akun yang dibuat. Ada yang menginterprestasikan sebagai seseorang yang telah berhubungan secara nyata melalui keseharian. Demikian pula beberapa akun yang mengartikan friend list sebagai kumpulan orang-orang yang memiliki beberapa kepentingan sama. Entah terikat kepentingan usaha, minat, berorganisasi bahkan sebuah intrik. Ada pula yang menggolongkan sebagai akun “akan” berhubungan nyata.  Saya menyebutnya “akan” karena kenyataannya mereka tidak pernah memiliki sebuah riwayat hubungan sebelumnya dan berniat menjalin hubungan pertemanan melalui lemparan status dan komen. Menginterprestasikan Friend List, akan memberikan kesamaan pendapat antara saya dan anda; semua orang dapat mengartikan berbeda seiring apa motivasi mengembangkan sebuah hubungan sosial.
Apakah pengertian berbeda ketika mengartikan Friend list akan meletakkan sebuah nilai benar atau salah….mungkin, sekali lagi mungkin anda akan sependapat dengan saya; tidak ada yang salah dalam perbedaan tersebut. Justru sesuatu yang memberikan batas nilai salah dan benar secara nyata ternyata tidak berbeda dengan kehidupan nyata, yaitu bagaimana akun memperlakukan akun lain dalam Friend List. Sesuatu yang salah apabila akun yang dibangun karena memiliki riwayat hubungan jauh lebih lama tidak bisa membedakan mana gurauan atau celotehan yang mengundang konflik. Hal sama berlaku untuk orang yang menggunakan informasi-informasi dalam akun teman sebagai identitas pribadi dengan meniru atau akun yang saling melempar “perang komen”; Akun yang kemudian digunakan sebagai alat pribadi ketika melanggar norma sosial; dan menjadi sangat salah apabila akun yang masuk Friend List justru membuat anda merasa tidak nyaman dan terdorong untuk bersaing….hmm…..apakah anda pernah mendengar cerita tetangga membeli barang baru, tetangga lain mendapat serangan jantung. Ternyata cerita semacam itu juga terjadi dalam hubungan akun jejaring sosial.
Friend List dalam jejaring sosial dan kehidupan nyata tidak memiliki perbedaan. Semua orang dapat menginterprestasikan berbeda mengenai pertemanan namun batas bagaimana menjalin hubungan pertemanan pastilah sama. Suatu hal pasti apabila hubungan sosial yang sama sekali tidak sehat apabila dibangun tanpa rasa menghargai, tanpa rasa ingin menjalin kedekatan atau berkesan hubungan satu arah saja. Kalau begitu mungkin saya yang juga harus mempertanyakan apa itu fungsi jejaring sosial ???
Bolehlah kita mengeksiskan diri melalui keberadaan friendlist namun tidak seluruhnya menjadi penggambaran pribadi seutuhnya. Jejaring sosial menjadi media sempit untuk berinteraksi, karena banyak celah yang membuat kita menjadi pribadi “seolah-olah”. Terjebak dalam pribadi seolah-olah itu melelahkan karena membuat hati dan pikiran selalu bertentangan dengan apa yang harusnya dipilih, dilakukan dan dijalankan dalam hidup. You're not your Facebook status. You're not how many friends you have.