Minggu, 11 November 2012
BUKAN HANYA MENUNGGU BADAI SELESAI TAPI MELEWATINYA
Dik Iru, anak saya yang ketiga telah lahir sekitar 2 bulan lalu…(tanggal 5 September 2012) membawa banyak sekali perubahan dalam hidup. Tidak hanya status ibu yang tadinya dengan dua balita tapi sekrang bertambah menjadi tiga balita. Perubahan lain, ya itu kalibrasi kegiatan sehari-hari. Semuanya harus dijalani dengan pekerjaan yang tanpa cuti serta tidak menggunakan pembantu ataupun baby sitter membuat saya merasa seperti kehabisan waktu. Selalu saja ada pekerjaan yang menunggu setiap detik… dan semua harus selesai. Di antara kesibukan yang sepertinya tidak pernah selesai ternyata tetep bisa selesai. Tidak 100 persen sih tapi lumayanlah dalam kondisi yang harus dihadapi.
Benar-benar dalam kondisi beginilah, rasa bersyukur saya semakin kuat. Bayangkan dari mana energy sebesar itu untuk semuanya (ya mungkin inilah salah satu hadiah dari Allah). Kalau merasa lelah saja..ya pastinya tapi Alhamdulillah justru dengan kesibukan seperti ini saya justru jarang sakit dibandingkan bahkan sebelum menikah. Belum lagi berbagai kemudahan lain yang telah datang begitu saja..termasuk..he..he bantuan finansial. Seneng to..lagi capek tiba-tiba datang orang yang membawa kabar gembira, transfer telah masuk dalam rekening Anda. Pokoknya bikin senyum makin cerah.
Kadang hadiah itu datang dalam berbagai bentuk seperti informasi yang sangat membantu. Salah satunya adalah tips-tips dari mas terapis mengenai massage bagi perkembangan anak. Gak cuma bagi tips bahkan mas terapis yang satu ini juga memberikan pinjaman buku massages yang bagus banget. Gak cuma gampang dipahami tapi lengkap dengan gambar (lha kok malah promosi). Akhirnya massage dari mas terapisnya ndak cuma membantu perkembangan dik Iru dan kakak-2nya tapi juga membantu melewati masa Dik Iru yang mengalami kolik. Lain kali, ada juga tambahan saran dari temen tentang ASI….(terimakasih sekali buat Tante Shinta atas rekomendasi bukunya Ayah ASI). Terus ada Tante Echa yang statusnya memotivasi untuk mempertahankan semangat menginput anak-anak dengan berbagai kegiatan positive parenting di rumah.
Semuanya membuat saya bersyukur…ternyata Allah begitu mudah ya memudahkan jalan bagi orang. Just like that…dan semuanya terbuka bagi saya.
Namun terkadang ada saja…hmmm…apa ya istilah bagusnya *masukan dari beberapa orang* :p membuat saya merasa langsung kehabisan energy. Ada satu waktu, saat mau launching ada beberapa orang yang ngomongnya “waduh, hari gini masih mau punya anak banyak”. Hiks….lha kok begitu komentarnya. Lain waktu, ketika mengetahui bahwa anak yang saya kandung merupakan putri ketiga muncul lagi komentar “wah, putri lagi ya. Ini gak bisa dituker balik ya. Khan cewe lagi”. Nahhhh lo….semua masukan tersebut memiliki efek luar biasa lo. Membuat saya menjadi pemrotes dalam hati. “Kok begini ya Allah, bukan yang begitu” Semudah itu pula semua yang tadinya membuat saya bersemangat menjadi cuapeeeekkk deh.
Kalau dipikir-pikir mungkin saya yang terlalu sensitive. Tokh saya juga sudah tahu apa terbaik..bukankah saya juga bukan seseorang tanpa pengalaman dan bukan orang tanpa keinginan untu selalu belajar. Mungkin, saya kurang merasa yakin bahwa pilihan yang diambil sudah terbaik, jadinya ketika masukan dari berbagai pihak tadi langsung menghancurkan keyakinan. Harusnya setelah saya merasa yakin telah berusaha maksimal dengan ilmu cukup selanjutnya ditambahkan doa sebagai bentuk pasrah. Tidak hanya dalam melihat diri sendiri namun juga menempatkan diri diantara omongan orang. Membuat saya menyadari bahwa ada saatnya untuk tidak membandingkan hasilnya namun proses yang telah dilewati. Diingatkan esensi positive parenting (dalam kunjungan bune Erika. Yahh…saat inilah dimana kelahiran Dik Iru membawa refleksi baru bagi saya, ibunya. Bukan saatnya hanya menunggu atau bahkan memprotes badai supaya cepat selesai tapi bagaimana saya mampu melewati badai itu.
Senin, 26 Maret 2012
MEREKA MENAMAKANNYA SEBAGAI “FRIEND LIST”
Siapa di saat sekarang tidak mengenal istilah friendlist dalam jejaring sosial. Media lain menyebutnya sebagai followers. Sebuah features yang menunjukkan dengan akun mana yang berteman. Setiap syarat dalam pertemanan ini membuat friendlist dapat diinterprestasikan berbeda.
Friend list dalam sebuah media jejaring sosial dapat di interprestasikan berbagai macam dalam berbagai akun yang dibuat. Ada yang menginterprestasikan sebagai seseorang yang telah berhubungan secara nyata melalui keseharian. Demikian pula beberapa akun yang mengartikan friend list sebagai kumpulan orang-orang yang memiliki beberapa kepentingan sama. Entah terikat kepentingan usaha, minat, berorganisasi bahkan sebuah intrik. Ada pula yang menggolongkan sebagai akun “akan” berhubungan nyata. Saya menyebutnya “akan” karena kenyataannya mereka tidak pernah memiliki sebuah riwayat hubungan sebelumnya dan berniat menjalin hubungan pertemanan melalui lemparan status dan komen. Menginterprestasikan Friend List, akan memberikan kesamaan pendapat antara saya dan anda; semua orang dapat mengartikan berbeda seiring apa motivasi mengembangkan sebuah hubungan sosial.
Friend list dalam sebuah media jejaring sosial dapat di interprestasikan berbagai macam dalam berbagai akun yang dibuat. Ada yang menginterprestasikan sebagai seseorang yang telah berhubungan secara nyata melalui keseharian. Demikian pula beberapa akun yang mengartikan friend list sebagai kumpulan orang-orang yang memiliki beberapa kepentingan sama. Entah terikat kepentingan usaha, minat, berorganisasi bahkan sebuah intrik. Ada pula yang menggolongkan sebagai akun “akan” berhubungan nyata. Saya menyebutnya “akan” karena kenyataannya mereka tidak pernah memiliki sebuah riwayat hubungan sebelumnya dan berniat menjalin hubungan pertemanan melalui lemparan status dan komen. Menginterprestasikan Friend List, akan memberikan kesamaan pendapat antara saya dan anda; semua orang dapat mengartikan berbeda seiring apa motivasi mengembangkan sebuah hubungan sosial.
Apakah pengertian berbeda ketika mengartikan Friend list akan
meletakkan sebuah nilai benar atau salah….mungkin, sekali lagi mungkin anda
akan sependapat dengan saya; tidak ada yang salah dalam perbedaan tersebut.
Justru sesuatu yang memberikan batas nilai salah dan benar secara nyata
ternyata tidak berbeda dengan kehidupan nyata, yaitu bagaimana akun memperlakukan
akun lain dalam Friend List. Sesuatu yang salah apabila akun yang dibangun karena
memiliki riwayat hubungan jauh lebih lama tidak bisa membedakan mana gurauan atau
celotehan yang mengundang konflik. Hal sama berlaku untuk orang yang
menggunakan informasi-informasi dalam akun teman sebagai identitas pribadi dengan
meniru atau akun yang saling melempar “perang komen”; Akun yang kemudian
digunakan sebagai alat pribadi ketika melanggar norma sosial; dan menjadi
sangat salah apabila akun yang masuk Friend List justru membuat anda merasa
tidak nyaman dan terdorong untuk bersaing….hmm…..apakah anda pernah mendengar
cerita tetangga membeli barang baru, tetangga lain mendapat serangan jantung. Ternyata
cerita semacam itu juga terjadi dalam hubungan akun jejaring sosial.
Friend List dalam jejaring sosial dan kehidupan nyata tidak
memiliki perbedaan. Semua orang dapat menginterprestasikan berbeda mengenai
pertemanan namun batas bagaimana menjalin hubungan pertemanan pastilah sama.
Suatu hal pasti apabila hubungan sosial yang sama sekali tidak sehat apabila
dibangun tanpa rasa menghargai, tanpa rasa ingin menjalin kedekatan atau berkesan
hubungan satu arah saja. Kalau begitu mungkin saya yang juga harus
mempertanyakan apa itu fungsi jejaring sosial ???
Bolehlah kita mengeksiskan diri melalui keberadaan friendlist
namun tidak seluruhnya menjadi penggambaran pribadi seutuhnya. Jejaring sosial
menjadi media sempit untuk berinteraksi, karena banyak celah yang membuat kita
menjadi pribadi “seolah-olah”. Terjebak dalam pribadi seolah-olah itu melelahkan karena membuat hati dan pikiran selalu bertentangan dengan apa yang harusnya dipilih, dilakukan dan dijalankan dalam hidup. You're not your Facebook status. You're not how many friends you have.
Langganan:
Komentar (Atom)